BlogRoll 2

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 05 November 2014

Songgoriti Batu

Songgoriti


Songgoriti terkenal dengan obyek wisata peninggalan dari abad ke 10, yaitu terdapat candi peninggalan kerajaan Singahasari dan telah berkembang menjadi obyek wisata rekreasional sampai saat ini.

Obyek wisata Songgoriti terletak di lembah Gunung Banyak, tepatnya di desa Songgokerto, batud. Songgoriti sangat layak untuk di kunjungi karena memiliki nuansa alam yang hijau dan alami dan, tentu saja, sejuk dan nyaman.


Selain candi, banyak tempat yang bisa dikunjungi di Songgoriti seperti kolam renang, pemandian air panas dan pasar wisata. Untuk pasar wisata, jangan sampai terlewat untuk mengunjunginya, karena akan banyak dijumpai souvenir khas Malang dan Batu, berikut produk makanan khasnya. Disamping itu, terdapat pula pasar yang menjual tanaman hias khas kota Batu dan pasar Kelinci hias. Di sekeliling obyek, akan banyak di jumpai banyak vila untuk menginap dengan kisaran harga yang sangat terjangkau tapi tetap nyaman untuk di kunjungi.

Selecta

Selecta

Selecta terletak di desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, 13 Km dari kota Batu.

Selecta awalnya merupakan tempat wisata dan peristirahatan bagi warga Belanda yang berkunjung ke Malang. Tempat ini pertama kali dibangun oleh Ruyter de Wildt yang merupakan warga negara Belanda yang tinggal di Indonesia. Sekarang, Selecta merupakan salah satu tempat rekreasi favorit yang berada di kota wisata Batu. Dengan menyajikan kolam renang dan kebun bunga yang indah, Selecta selalu dipenuhi dengan para wisatawan, khususnya saat weekend dan hari ibur.

Dengan luar 20 hektar dan terletak 1100 M dari permukaan laut, Selecta telah ada sejak tahun 1928 dan dibangun oleh seorang Belanda bernama Reyter Dewild. Obyek wisata ini sangat sejuk dan nyaman di kunjungi, dengan kisaran suhu minim 17 derajat celcius setiap harinya.


Terdapat beberapa hal yang bisa dinikmati saat mengunjungi Selecta, seperti kolam renang, taman bunga, pasar sayur dan buah, taman bermain, dan kenyamanan saat pengunjung bisa ber piknik menikmati hamparan lahan penuh bunga. Selain itu terdapat fasilitas pendukung seperti restaurant, hotel dan vila untuk sarana akomodasi pengunjung yang ingin menetap beberapa saat.

Wisata Cangar Batu

Obyek Wisata Cangar


Cangar merupakan salah satu nama Dusun di Kelurahan Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dusun ini menjadi lebih terkenal dengan sebutan Pemandian Air Panas Cangar.

Cangar terletak di dalam kawasan Taman Hutan Raya R. Soeryo dan banyak dikunjungi para wisatawan yang ingin menikmati hangatnya sumber alami air panasnya. Selain itu, di sekitar pemandian air panas terdapat beberapa goa buatan yang merupakan peninggalan di masa kedudukan Jepang, pada tahun 1942-1945.

Tidak hanya bisa menikmati hangatnya air panas di pemandian Cangar dan goa Jepang, di kawasan ini pula para pengunjung bisa mengunjungi Coban Talun dan Coban Rais. Di tambah lagi, akan banyak di jumpai satwa liar yang seperti monyet melompat dan berlarian tanpa akan mengganggu kenyamanan.


Wisata yang asri dan masih hijau ini cocok untuk dikunjungi dengan keluarga dan orang tercinta.

Museum Angkut Batu

Museum Angkut


Kota Wisata Batu kini semakin layak menjadi tujuan wisata utama di Indonesia, Ngalamers. Di awal tahun 2014, satu lagi wahana wisata baru bernama Museum Angkut.
Museum Angkut atau ada yang menyebutnya Museum Otomotif merupakan wahana wisata baru yang menurut kabar, merupakan konsep wisata pertama yang ada di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.

Berisi tentang edukasi transportasi sejak jaman Cikar hingga Pesawat Terbang, Museum Angkut menghadirkan perpaduan tempat wisata yang unik  yang berisi sejarah dan perkembangan dunia angkutan, dipadu dengan legenda Movie Stars atau para bintang film di jamannya dengan latar belakang kota-kota dan bangunan eksotis yang ada di Batavia, Eropa, Amerika.

Desain apik dan detil yang membuat kita seolah-olah berada dalam wilayah yang nyata sesuai lokasi/tema masing-masing, Ngalamers. Konsep wisata Museum Angkut ini sudah ada di Amerika. Namun untuk wilayah Asia Tenggara, baru Indonesia yang pertama. Masyarakat Kota Batu khususnya harus bangga dengan hadirnya Museum Angkut, Museum pertama dan Terbesar di Asia Tenggara ini.


Kendaraan-kendaraan dari berbagai daerah di Nusantara, dan dunia juga ikut dipamerkan. Seperti kendaraan semasa Presiden RI Soekarno, ada juga Perahu, Kapal Laut, Motor Zundap, bahkan Pesawat.

Beberapa wahana lain yang akan bisa kita nikmati di Museum Angkut ini adalah adanya Zona Edukasi, Zona Jerman, Zona Batavia, Zona Inggris, Zona Gangster & Broadway, Zona Las Vegas, Zona Itally, Zona Hollywood, Zona Perancis, dan Pasar Apung Nusantara.

Suasana Western sangat terasa ketika Ngalamers memasuki Zona Hollywood. Replika Batmobile (kendaraan Batman) ataupun patung raksasa Hulk yang sedang menghancurkan sebuah mobil dirancang sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk dijadikan background berfoto.


Selain kendaraan, keberadaan alat angkut itu nantinya juga akan dipadukan dengan pusat kuliner, bahkan dilengkapi pasar terapung, seperti yang ada di Kalimantan. Dengan demikian, wisatawan bisa menikmati citarasa berburu kuliner seperti langsung ada di daerah aslinya. Seperti Gudeg Jogja, Sate Madura, Nasi Timbal, dan makanan khas daerah lainnya.

Museum Angkut ini dibangun dengan tujuan untuk menghargai para pencipta berbagai jenis angkutan di dunia mengingat perkembangan teknologi angkutan terus berkembang setiap saat. Dunia angkutan atau transportasi juga telah membawa perubahan yang sangat signifikan bagi kehidupan umat manusia.

Selain dapat menikmati berbagai display angkutan dan kendaraan juga dapat mengadakan kegiatan yang menyangkut dunia angkutan atau otomotif di sini, seperti pameran, launching produk otomotif, event komunitas, lelang, Kontes Modifikasi, CSR bidang angkutan, dan lain sebagainya.

Nama Obyek Wisata: Museum Angkut (Museum Otomotif) & Movie Star Studio
Lokasi: Jl. Terusan Sultan Agung Atas No. 2 Kota Wisata Batu
Jam Buka: 12.00 – 20.00 WIB
HTM: Weekdays: Rp. 50.000 | Weekend: Rp. 75.000

Datang, nikmati, dan dapatkan ilmu baru, Ngalamers!

Kusuma Agrowisata Batu

Kusuma Agrowisata


Kusuma agrowisata terletak di desa Ngaglik, Batu. Agrowisata ini adalah sebuah paket lengkap yang menawarkan sarana belanja, tempat rekreasi keluarga dan keindahan alam dalam satu lokasi.

Kusuma agrowisata berdiri di atas lahan seluas 17 hektar dan diperbolehkan bagi para pengunjung untuk memetik langsung buah apel dari pohonnya, sepuasnya. Tak hanya apel, para pengunjungpun diperbolehkan memetik buah jeruk sebagai alternatif pilihan.

Saat mengunjungi agrowisata ini, pengunjung akan merasakan satu pengalaman berharga, dimana mereka bisa menikmati hijaunya perkebunan apel, kopi, stroberi, sayur mayur dan bahkan taman bunga.

batu

Di sini pula, pengunjung bisa menyaksikan proses pembuatan kopi, dari mulai pemetikan hingga proses menjadi kopi siap seduh. Selain itu, terdapat fasilitas tambahan seperti trak jogging, trak bersepeda, playground, arena pacu kuda, kebun binatang mini, green house, bar, restaurant, kolam renang, lapangan badminton, lapangan tenis dan voli dan masih banyak lagi.

Gunung Panderman

Gunung Panderman

Satu lagi gunung yang berada di kota Batu, Gunung Panderman. Gunung ini terkenal juga di negeri Belanda, karena nama Panderman diambil dari nama seorang Belanda Van Der Man, yang mengagumi keindahan gunung tersebut pada masanya.

Gunung Panderman memiliki tinggi 2000 meter dari permukaan laut. Bagi mereka yang suka akan tantangan dan kegiatan di luar ruangan, dibutuhkan waktu 3 jam untuk mendaki puncak gunung tersebut, dan bisa diakses melaui kota Batu.


Pos pemberhentian pertama saat akan menuju ke Gunung Panderman adalah kawasan Latar Ombo, yaitu sebuah kawasan untuk bumi perkemahan. Pos pemberhentian kedua setelah Latar Ombo adalah kawasan Watu Gede. Dinamakan Watu Gede karena terdapat sebuah Batu Besar di kawasan ini, dan pengunjung bisa menikmati suasana yang sejuk dan pemandangan yang indah kota Malang dan Batu.

Gunung Banyak

Gunung Banyak


Gunung Banyak, adalah salah satu gunung yang terletak di Desa Songgokerto, Batu. Gunung ini menjadi tujuan wisata yang istimewa karena dijadikan sebagai ajar olah raga paralayang baik oleh atlet paralayang ataupun turis yang ingin menguji adrenalin mereka sembari menikmati indahnya Kota Batu.


Gunung Banyak, dengan tinggi 1300 Meter dpl ini terletak di perbatasan Kota Batu dan Kabupaten Malang. Ribuan pijar lampu kota yang berwarna-warni akan menjadi sajian keindahan pada malam hari saat mengunjungi puncak gunung Banya

D'Topeng Kingdom Museum

D'Topeng Kingdom Museum


Ribuan koleksi karya seni dan budaya dari penjuru nusantara kini bisa Ngalamers nikmati ketika berkunjung ke Museum Angkut. Tepatnya di D'Topeng Kingdom (Indonesian Heritage Art Museum) yang bertempat di area Pasar Apung kawasan Museum Angkut, Kota Batu.

Dibuka mulai 23 Mei 2014 lalu, D'Topeng Kingdom menyajikan banyak benda dari masa pra-sejarah hingga Majapahit. Ada topeng dan pusaka khas asal Jawa Timur, NTB, Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua. Salah satu koleksi yang cukup langka dan terkenal adalah kursi Kerajaan Singharaja, Bali.

Selain itu, benda-benda kuno dan mistik seperti ratusan Keris, Patung Perwayangan, Patung Tao-tao Toraja, Patung Kematian hingga Alquran berusia 400 tahun bisa Ngalamers temui di D'Topeng Kingdom ini.

Reno Halsamer, kolektor benda – benda bersejarah sekaligus pemilik D’Topeng Kingdom menjelaskan, semua koleksi yang disajikannya adalah asli dari Indonesia. Namun untuk mendapatkannya sebagian koleksi ia peroleh dari warga negara asing, Ngalamers.
Salah satu koleksi yang menakjubkan adalah Patung Batu Yene, yang dibuat awal tahun sebelum Masehi (zaman Donsong). Reno mengaku mendapatkan patung ini dari warga negara Prancis. Patung ini melambangkan kejayaan di masanya.

“Patung ini berumur sebelum masehi, biasanya diletakkan di air terjun hingga pohon pohon rindang,” tutur Reno.

Untuk mengumpulkan ribuan koleksinya tersebut, Reno membutuhkan waktu 20 tahun, Ngalamers. Yang paling berkesan dan butuh perjuangan, adalah topeng asal Jawa Tengah yang menggambarkan figur Budha dan Pendeta Tionghoa. Topeng ini ditemukan di sekitar Candi Borobudur, dan merupakan satu-satunya topeng yang memiliki ciri khas tersendiri.

Al-Quran berusia 400 tahun terbuat dari kulit binatang juga menjadi salah satu koleksi. Di sampingnya juga diletakkan kitab atau tafsir gundul persembahan dari zaman Walisongo. Penulisan kitab tersebut digambarkan membentuk Wayang agar mudah dipahami, karena pada masa itu masyarakat masih menganut ajaran Hindu atau Budha.
Koleksi tertua dan sangat sakral di D'Topeng Kingdom adalah Topeng Kematian dari daerah Sulawesi. Topeng-topeng tersebut terbuat dari kayu hingga logam. Reno mengatakan, raja yang meninggal pada saat itu wajahnya akan ditutupi Topeng Kematian ini, Ngalamers.


“Harapannya penikmat wisata kebudayaan, di Museum d’Topeng Kingdom mengajak para pengunjung selain menikmati benda-benda bersejarah juga layak untuk dijadikan pembelajaran kebudayaan bangsa kita jaman dahulu,”pungkas Reno.

Air Terjun Coban Rondo

Coban Rondo


Selain Coban Pelangi, terdapat pula coban Rondo. Coban Rondo terletak 12 Km dari Kota Batu, tepatnya berada di desa Pandansari, Kecamatan Pujon. Air terjun di Coban Rondo memiliki ketinggian 60 M dan merupakan wahana air terjun yang paling mudah di tempuh.


Rondo, dalam bahasa Jawa bermakna Janda. Nama Coban Rondo diambil dari dongeng awal terbentuknya air terjun ini, dimana dikisahkan seorang wanita cantik bernama Dewi Anjarwati yang menjadi janda karena suaminya, Raden Baron Kusuma, tewas dalam pertarungan melawan Joko Lelono. Joko Lelono adalah pemuda yang tertarik pada kecantikan Dewi Anjarwati dan ingin merebutnya dari Raden Baron Kusuma. Dalam pertempuran, Raden Baron Kusuma tewas dan oleh panukawan atau prajurit, Dewi Anjarwari disembunyikan di goa. Sejak saat itu, coban ini terkenal dengan sebutan Coban Rondo.

Air Terjun Coban Talun

Air Terjun Coban Talun

Selain Air Terjun Coban Rondo, Batu juga memiliki air terjun lainnya yaitu Coban Talun. Wisata air terjun yang terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini merupakan lokasi favorit untuk camping dan kegiatan outbond.



Coban Talun yang memiliki ketinggian sekitar 75 meter ini memiliki banyak batu besar di bawahnya yang menambah sensasi semburan air yang terasa seakan mengguyur sekujur tubuh. Karena lokasi air terjunnya yang terletak di tengah-tengah tebing tinggi, maka Ngalamers perlu sedikit usaha untuk bisa mencapainya. Dan jangan pernah membayangkan kalau jalan yang akan Ngalamers lalui merupakan jalan beraspal karena Ngalamers akan kecewa. Jalan menuju air terjun Coban Talun berupa jalan setapak dengan semak-semak rimbun yang hampir menutupi jalan. Ngalamers harus berhati-hati karena jalan yang masih berupa tanah sangat licin, bisa-bisa Ngalamers akan terperosok jika tidak waspada.


Tetapi ketegangan selama perjalanan akan terbayar saat Ngalamers sudah sampai dilokasi air terjun. Mendengar suara gemericik air dan merasakan cipratan air dari air terjun, merupakan kesenangan tersendiri setelah susah-susah mencapai lokasi. Dan cara paling efektif untuk mengobati rasa lelah adalah duduk di salah batu besar sembari merasakan dinginnya air yang jatuh dari ketinggian 75 meter. Selain air terjun, Coban Talun juga memiliki sebuah gua peninggalan Jepang. Gua yang berbentuk T ini terletak tidak jauh dari air terjun Coban Talun, tepatnya di sebelah aliran sungai. Tapi sekali lagi, Ngalamers memerlukan sedikit usaha untuk bisa sampai ke gua.

Air Terjun Coban Rais

Air Terjun Coban Rais

Coban Rais terletak di dusun Dresel, desa Oro oro Ombo, Batu. Coban Rais memiliki tinggi 20 Meter dan terletak di ketinggian sekitar 1025 meter dari permukaan laut di lereng Gunung Panderman. Dulunya, coban Rais terkenal dengan nama Coban Sabrangan karena harus menyebrangi 14 sungai saat harus mencapai air terjun ini.


Perjalanan menuju ke Coban Rais begitu asri dengan suasana khas pegunungan yang masih dingin dan sejuk. Jarak dari bumi perkemahan sekitar 3,5 Km berjalan kaki. Suasannya sekitar air terjun masih sepi dan belum ada perumahan. Pada beberapa meter perjalanan, jalan yang di tempuh akan semakin menyempit dan menanjak, bahkan di beberap area berbatasan langsung dengan tebing yang curam.

Untuk mereka yang suka tantangan diharapkan untuk tetap berhati-hati, karena setelah sampai ke puncak air terjun pengalaman berharga akan membayar semua peluh dalam perjalanan.

Wana Wisata Coban Jahe

Wana Wisata Coban Jahe


Travelling ke Malang memang tak ada habisnya Ngalamers. Kali ini halomalang mengunjungi sebuah air terjun (coban) yang bernama Coban Jahe. Berada di kawasan RPH Sukopuro - Jabung, Kabupaten Malang, nama Coban Jahe atau juga disebut 'Air Terjun Begawan' ini kurang begitu dikenal oleh pelancong luar kota.


Coban Jahe terletak di Dusun Begawan, Desa Pandansari Lor, Kecamatan. Jabung, Kabupaten. Malang. Dari arah Kota Malang, Ngalamers bisa menempuhnya melalui Jl.LA Sucipto - Blimbing menuju arah Tumpang. Jalur kedua bisa dari arah Kedungkandang menuju Kecamatan Pakis melalui Jl. Ampel Dento hingga tiba di Raya Asrikaton, lalu ke Timur menuju Tumpang. Tak jauh dari gerbang masuk Kec.Tumpang, perhatikan saja penanda arah ke Coban Jahe yang terpasang di kanan jalan sebuah pertigaan. Dari situ jarak Coban Jahe sekitar 7Km. Ikuti saja penunjuk arahnya hingga masuk Desa Sukopuro, lalu pilih jalur yang ke arah Taji/Coban Jahe.

Memasuki permukiman desa, Ngalamers akan disambut jalanan yang sedikit rusak di beberapa bagian. Pada rute persawahan di ujung desa, ketangguhan Ngalamers dalam berkendara akan diuji oleh jalanan khas persawahan yang sedikit 'off road' hingga di kawasan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kali Jahe. Di sekitaran TMP pengunjung bisa memarkir kendaraan roda empatnya, namun jika pengemudi & mobilnya tangguh, bisa melanjutkan hingga halaman parkir Wana Wisata Coban Jahe yang berjarak kurang lebih 100 M dari TMP.

Area parkir sudah tertata rapi, cukup luas dan sejuk. Beberapa fasilitas penunjang seperti warung makan, toilet dan wahana Flying Fox juga disediakan. Namun sayangnya, ketika halomalang berkunjung tak ada petugas yang stay di situ Ngalamers.
Menurut Pak Karimin, warga lokal yang kebetulan berkebun di sekitar Coban Jahe, sejak bulan puasa 2014 ini, warung di area wisata memang tutup. "Sebelum puasa, tiap hari buka kok mas. Tapi ya gitu, pengunjung tidak mesti datang tiap harinya'' ungkapnya, Senin (01/7). Masih kata Pak Karimin, "Nanti di area sini juga akan dibangun Mushola. Sekalian jalannya akan dipermudah biar akses ke Coban-nya lancar. Mungkin setelah Agustusan".

Dari area taman, keindahan Air Terjun Begawan ini sudah terlihat Ngalamers. Kawasan Coban Jahe memang terkesan masih alami, di sekitarnya masih banyak bebatuan besar, tebing-tebing tinggi dan pepohonan khas mata air. Dan tentu saja, airnya sangat jernih!.

Udara dingin bercampur kabut air terjun setinggi 45 M ini bisa dirasa dari kejauhan. Meski sekitar dasarnya tak belumpur, pengunjung yang ingin mandi disarankan berhati-hati saat musim hujan, karena dikhawatirkan ada material yang ikut terbawa jatuh ke dasar air terjun.

Pecinta fotografi pasti menyukai air terjun ini, selain airnya deras dan pemandangannya bagus, sudut pandangnya juga cukup luas. Dari berbagai arah masih terlihat cantik.

Di balik keindahannnya, ternyata ada kisah heroik dari penamaan Coban Jahe. Nama Jahe yang disematkan bukan berasal dari tanaman Jahe, melainkan dari kata "Pejahe". Pejah adalah bahasa Jawa yang berarti "Meninggal". Jadi "Pejahe" artinya "Meninggalnya". Yang dimaksud meninggalnya adalah pasukan TRI Gagak Lodra  yang dimakamkan di TMP Kali Jahe.

Para pejuang di bawah komando Ali Murtopo ini gugur setelah dibombardir Belanda di daerah tersebut saat akan melanjutkan perjalanan ke Lumajang. Kejadian itu berlangsung sekitar tahun 1947-1948.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Taman Nasional Bromo - Tengger - Semeru


Gunung Bromo, siapa yang tidak mengenal kepopuleran gunung berapi yang masih aktif ini. Gunung Bromo adalah gunung yang paling terkenal di Jawa Timur dengan kunjungan yang paling ramai setiap tahunnya. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.392 Meter dari atas permukaan laut dan berada dalam empat lingkup kabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang. Keadaan alam gunung Bromo bertautan pula dengan lembah, ngarai, caldera atau lautan pasir dengan luas sekitar 10 Km.

Gunung Bromo juga termasuk dalam satu kawasan Bromo Tengger Semeru National Park, dimana terdapat beberapa obyek wisata yang bisa dikunjungi seperti, Gunung Semeru, Gunung Tengger, Gunung Batok, beberapa danau dan Gunung Bromo sendiri.

Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Gunung Bromo telah mengalami letusan dengan interval waktu yang teratur dalam 20 abad ini, yakni sekitar 30 tahun sekali. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1974 dan kembali meletus di tahun 2010.

Selain keindahan yang tersimpan di Gunung Bromo, Yadna Kasada atau Upacara Kasodo lah yang membuat Gunung Bromo menjadi tujuan destinasi utama setiap tahunnya. Upacara Kasodo digelar setiap tahun pada bulan purnama di bulan Desember atau January.

Asal muasal Upacara Kasodo ini bermula sejak abad ke-15 di mana diceritakan tentang seorang putri bernama Roro Anteng yang memimpin kerajaan Tengger dengan suaminya, Joko Seger. Pasangan ini tidak memiliki anak dan karena itu mereka berdoa dan memohon kepada dewa-dewa gunung untuk diberikan anak.

Dari permohonan mereka, dewa memberi 24 anak dan mewajibkan bagi mereka untuk mengorbankan anak ke 25 mereka untuk dilempar kedalam gunung berapi. Permintaan dewa inipun dilaksanakan sehingga menjadi tradisi sampai saat ini. Rakyat Tengger melakukan upacara Kasada dengan melemparkan hasil bumi ke dalam kawah Bromo sebagai ucapan syukur atas panen yang diterima dan sebagai permohonan untuk panen yang lebih melimpah di musim selanjutnya.


Meskipun penuh dengan bahaya, terdapat beberapa penduduk setempat yang mengambil resiko dengan naik dan turun ke kawah dalam upaya untuk mengambil kembali barang yang dikorbankan yang diyakini bisa membawa keberuntungan.

Situs Punden Kalisongo

Situs Punden Kalisongo


Situs Kalisongo yang berada tak jauh dari Kali Metro.
Malang Raya memiliki banyak lokasi bersejarah dari peninggalan kerajaan-kerajaan besar yang pernah berkuasa di wilayah ini pada masa lalu.
Salah satu yang masih bisa kita amati saat ini adalah peninggalan purbakala berupa reruntuhan candi yang berada di Punden Kalisongo. Berlokasi di Dusun Sumberejo (RT/RW 01/01), Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, tepat di tepi pertigaan Jl. Dieng Atas.

Dari arah Kampus Universitas Merdeka Malang, Ngalamers bisa menempuhnya ke arah barat sekitar 3 menit melalui Jl. Dieng Atas.

Saat ini, keberadaan situs hanya menyisakan sebuah arca Nandi, sebuah pedestal dari Batu Andesit, sebuah Yoni, sepotong balok batu berkronogram, sebuah pilar batu, dan sebuah balik batu polos. Situs Kalisongo hanya terlindungi oleh sebuah cungkup (bilik) sederhana berukuran kecil yang lokasinya berdekatan dengan areal rumah warga, sekitar 300 meter arah barat Kali/Sungai Metro.

A. Arca Nandi.
Sebuah Arca Nandi dari batu Andesit dengan bagian tubuh yang tidak utuh, seperti kepala dan punuk yang sudah rompal (hilang). Posisinya bersimpuh di atas pedestal dengan ukuran panjang sekitar 36 Cm. Nandi merupakan kendaraan Dewa Siwa yang berwujud seekor lembu (sapi) jantan.

B. Yoni
Sebuah Yoni yang terbuat dari batu Andesit yang bagian ceratnya telah hilang. Biasanya dilengkapi dengan Lingga sebagai pasangannya yang ditancapkan ke dalam lobang persegi di bagian atas Yoni. Namun di Situs Kalisongo, tanpa keberadaan Lingga.  Yoni  adalah simbol dari Dewi Uma/Parwati, istri (sakti) dari Dewa Siwa yang disimbolkan dengan Lingga. Celah pada pelipit atas permukaan Yoni berfungsi untuk mengalirkan Air Suci menuju cerat yang masih tampak.

C. Pedestal
Berukuran hampir 50 cm persegi, sebuah pedestal yang berbahan sama dengan dua bagian sebelumnya.  Bagian atas dilengkapi lobang bulat untuk menancapkan sesuatu yang berbentuk silindris. meski belum jelas benda apa yang ditancapkan, namun bisa jadi bagian bawah dari arca ataupun batu sima yang berbentuk silindris. Pedestal ini juga dilengkapi dengan perbingkaian atas dan bawah, pilaster, juga bingkai pada batangnya.

D. Balok Berkronogram
Balok batu andesit yang bertuliskan angka tahun, namun disayangkan, dari semula sepasang balok batu, kini hanya diketemukan satu potong. Angka digit yang tertera pun hanya angka puluhan (angka 4) dan satuan (angka 3). Sedangkan angka ribuan dan ratusannya berada pada balok yang belum diketemukan. Dipastikan angka ribuannya adalah 1, dengan beberapa kemungkinan angka ratusan (0,1,2,3 atau 4).

Dari kemungkinan tahunnya adalah 1043 Saka (1121 M), 1143 S (1221 M), 1343 S (1321 M), atau 1443 S (1421 M). Prakiraan masanya adalah, Masa Kadiri (1121M dan 1221 M), atau Masa Majapahit (1321 M / 1421 M).

E. Pilar Batu
Sebuah pilar dari batu andest yang belum diketahui apa fungsinya. Dilengkapi dengan perbingkaian bawah serta perbingkaian atas yang berupa peliot persegi.

F. Balik Batu
Kemungkinan merupakan sisa bebatuan candi yang tersisa. Terbuat dari batu andesit berukuran 23x17x27 Cm.

Desa Kalisongo sendiri merupakan desa bersejarah, Ngalamers. Banyak bukti historis maupun arkeologis yang bisa ditemukan di desa yang menjorok ke kawasan Kota Malang ini.

Peninggalan purbakala di Situs Kalisongo yang diyakini merupakan reruntuhan candi pada akhir masa Kadiri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Drs. M Dwi Cahyono, MHum., Arkeolog yang juga Dosen Universitas Negeri Malang, ternyata dari penemuan benda-benda purbakala yang kini berada di Punden Kalisongo terbaca huruf yang menandakan tahun 43.

'Bisa dikatakan kurang lebihnya tahun 1143, Jadi akhir (kerajaan) Kadiri, awal Singhasari, bahkan awal Tumapel malahan.' kata Ahmad Yani, Ketua Komunitas Metro Pradesa, kepada Halomalang, Kamis (09/10) lalu.

Tuanya perkampungan di Kalisongo khususnya Sumberejo, juga diindikasikan dengan keberadaan punden 'Buyut Kiyo', seorang tokoh yang makamnya dianggap keramat oleh warga sekitar. Meski tak diketahui pasti kapan tanggal dan tahunnya, namun di makam Buyut Kiyo terdapat nisan yang mengarah ke utara, khas pemakaman warga muslim.

'Boleh dikatakan ini merupakan peradaban Mataram-Islam, kalau yang sana (Punden Kalisongo) itu Hindu-Siwa. Jadi Sumberejo ini adalah satu wilayah yang mengalami suatu metamorfosis peradaban yang luar biasa.' jelas pria yang dulunya mengaku sebagai mahasiswa dari Arkeolog UM, Dwi Cahyono ini.

Juga tak jauh dari Kalisongo adalah kelurahan Pisangcandi dan Karangbesuki, yang keduanya mempunyai jejak budaya masa lalu, baik dari jaman prasejarah hingga masa Hindu-Buddha.

Bahkan, menurut essay berjudul 'Bedah Sejarah Desa Kalisongo: Adaptasi Ekologi Suatu Permukiman Kuno di Lembah Metro' yang ditulis Drs. M Dwi Cahyono, MHum., bisa jadi pusat pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan (abad VIII - IX M) berada tak jauh dari Kalisongo, yakni Dusun Kejuron.

Bp. Ahmad Yani, pemerhati dan pelestari budaya dari Komunitas Metro Pradesa.
Unsur nama 'Kejuron' dekat atau perubahan dari nama 'Kanjuruhan'. Lokasinya dekat dengan Candi Badut, yang berdasarkan prasasti Dinoyo I (Kanjuruhan 760M) merupakan bangunan suci dari masa pemerintahan Raja Gajayana.

Desa Kalisongo ini termasuk dalam konteks 'Metro Pradesa', yakni desa-desa yang berada di aliran Kali Metro. Di wilayah ini, Kali Metro mendapat pasokan air dari Kali Songo, yakni sungai yang bersumber dari sembilan mata air.

Dari sudut pandang sejarah, Kali Metro merupakan sungai di Malang Raya yang diyakini sebagai sungai suci pada masa Hindu-Buddha. Hal ini dikarenakan mata airnya berada di lereng timur Bukit Panderman (anak Gunung Kawi) yang pada masa tersebut juga diyakini sebagai Gunung Suci (Holly Mountain). Dalam sejarah panjang Malang, Kali Metro menjadi unsur fisis alamiah yang turut membentuk peradaban yang berada di kawasan timur Gunung Kawi (Malang Raya).

Selain sumber data berbentuk artefak, terdapat pula sumber data berupa prasasti yang kemungkinan memiliki kontribusi informasi bagi sejarah Desa Kalisongo, yakni prasasti tembaga (Tamtra-Prasasti) Ukir Negara atau prasasti Pamotoh yang bertuliskan Saka 1120 (1198 M).

Prasasti ini menginformasikan tentang pemberian anugerah tanah perdikan di suatu lembah oleh Sri Digjaya Resi melalui perantara Dyah Limpa, Dyah Mget, Dyah Duhet dan Dyah Tamani atas jasanya menjaga tanggul di bumi Panjalu. Dyah Limpa berkedudukan di Gasek. Gasek sendiri saat ini merupakan sebuah dusun di Kelurahan Karangbesuki. Selain itu, prasasti Pamotoh juga menyebut 35 desa di timur Gunung Kawi yang mendapat penarikan pajak dari Rakyan Kanuruhan. Salah satu desanya adalah Desa Palakan.

Unsur nama Palakan ini hadir sebagai nama salah satu kampung di Desa Kalisongo yakni 'Lok Andeng', tak jauh dari Lok Andeng juga terdapat kampung bernama Lok Sumber yang terdapat sebuah cekungan tanah yang luas dan terdapat genangan air dari sejumlah mata air. Bisa jadi desa kuno Palakan yang disebut dalam Prasasti Pamotoh kini dinamai 'Lowok Sumber atau Lok Andeng'.

Alasan lain, lokasi Lok Andeng tak jauh dari desa-desa kuno seperti Gasek, Peniwen, Talun, Gadang, Segenggeng yang juga disebut dalam Prasasti Pamotoh. Luga lokasinya berada di sub area barat Malang yang masuk daerah kekuasaan Rakyan Kanuruhan. Selain itu keberadaan jejak arkeologis Hindu-Buddha berupa reruntuhan candi di Situs Kalisongo.

Jika demikian adanya, maka kawasan ini merupakan daerah tua yang telah ada sejak masa Kadiri, dengan nama kunonya 'Thani (Desa) Palakan'. Keberadaan reruntuhan candi di Punden Kalisongo adalah bukti jika pada masa itu masyarakatnya sangat agamis, sehingga dibagun tempat peribadatan berbentuk candi.

Reruntuhan di Punden Kalisongo sendiri merupakan tempat peribadatan yang berlatar agama Hindu Sekte Siwa. Yoni yang merupakan simbol sakti (istri) Dewa Siwa dan Arca Nandi sebagai wahana Dewa Siwa adalah indikator kuatnya.


Apalagi jika menilik keberadaan situs-situs di sekitarnya seperti Candi Badut, situs Gasek, Watu Gong, Bakalan Krajan, atau situs Peniwen, cukup untuk menyatakan pengaruh kuat Hindu-Siwa, khususnya Siwa Siddharta sangat dominan di kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai) Metro pada masa Hindu-Buddha.

Pusat Kerajinan Kendedes Malang

Pusat Kerajinan Kendedes

malang
Selain pariwisata alam, Malang juga terkenal oleh hasil kerajinannya. Pusat Kerajinan Ken Dedes adalah pusat kerajinan yang menghasilkan beberapa hasil kerajinan laik ekspor dari Malang.

Pusat Kerajinan Ken Dedes merupakan sentra UKM atau Usaha Kecil Mandiri di kabupaten Malang dan memiliki koleksi handicraft yang lengkap, seperti, topeng khan Malangan, Rencong Aceh, perhiasan perak, kerajinan kayu, tas unik dan masih banyak lagi. Untuk kualitas, tidak perlu di ragukan.


Tidak sulit untuk menemukan sentra kerajinan ini, karena Pusat Kerajinan Ken Dedes berada di jalur utama Singosari, di bekas lahan Kawedanan. Pusat kerajinan ini dilengkapi dengan 56 stand kerajinan dan terbagi dalam 3 graha, yaitu, graha Tumapel, graha Ken Umang dan graha Gayatri.

Pemandian Wendit Malang

Pemandian Wendit

malang
Pemandian Wendit, adalah sebuah kolam renang alami dan dilengkapi dengan beberapa fasilitas sebagai sarana rekreasional, seperti wahana air untuk anak-anak dan keluarga.


Pemandian Wendit terletak di Mangliawan, Kecamatan Pakir, 10 Km ke arah timur Kota Malang. Di lokasi pemandian ini terdapat beberapa ekor kera dan atraktif untuk diajak bermain. Penduduk lokal percaya siapa saja yang mandi di pemandian Wendit akan berumur panjang dan awet muda.

Pantai Sendang Biru

Pantai Sendang Biru


Pantai Sendang Biru adalah satu lagi pantai yang terletak di Kabupaten Malang. Tepatnya di 30 Km bagian selatan Malang, Sendang biru berada di kecamatan Sumbermanjing Wetan.

Pantai Sendang Biru berpotensi sebagai obyek wisata yang sangat indah yang bisa dikunjungi. Di samping itu, bagi mereka yang ingin menyebrang ke pulau Sempu, pasti harus melewati pantai Sendang Biru terlebih dahulu. Dengan adanya pulau Sempu ini, membuat pantai Sendang Biru memiliki ombak yang tidak terlalu besar layaknya pantai laut selatan lainnya.

Di pantai Sendang Biru ini ini juga dikenal sebagai tempat pendarat dan pelelang ikan di Malang. Dinamakan pantai Sendang Biru karena di pantai ini terdapat sumber mata air yang biasa disebut sebagai sendang, dan berwarna biru.

Saat ini, secara resmi pantai Sendang Biru dikelola oleh perusahaan negara milik Forestay. Untuk itu, terdapat beberapa fasilitas untuk menunjang pariwisata di Sendang Biru seperti, penginapan, guess house, rumah jaga dan persewaan perahu.


Untuk mencapai pantai ini, para pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, juga kendaraan umum. Untuk kendaraan umum bisa diakses menggunakan Mikrolet jurusan Gadang รข€“ Turen รข€“ Sendang Biru

Pantai Ngliyep Malang

Pantai Ngliyep


Pantai Ngliyep berada di tepi Samudera Indonesia, tepatnya di desa Kedungsalam kecamatan Donomulyo, 62 km dari arah selatan kota Malang.

Pantai Ngliyep adalah pantai dengan keindahan alam yang masih natural dengan perpaduan tebing-tebing yang curam dan hutan lindung di sekeliling pantai. Pasir putihnya yang masih alami dan ombak yang serasa bermain di sela-sela tebing membuat pantai Ngliyep layak untuk dikunjungi.

Kondisi pantai yang masih terbilang sepi menjadikan pantai ini masih รข€ล“perawanรข€ dan nyaman untuk bermain-main disela ombak dan pasir putih.


Setiap tahun, di bulan Jawa tepatnya bulan Maulud, pantai Ngliyep akan lebih ramai dari biasanya karena digelar acara ritual bertajuk Upacara Labuhan yang di gelar tanggal 15 Maulud. Upacara Labuhan adalah bentuk upacara pengorbanan, dimana kepala hewan ternak seperti kambing atau sapi akan dikorbankan kedalam laut sebagai sesaji.

Pantai Balekambang Malang

Pantai Balekambang


Pantai Balekambang, adalah salah satu obyek wisata pantai yang bisa di kunjuni di Malang. Pantai ini terletak di kecamatan Bantur, 65 Km sebelah selatan kota Malang. Pantai Balekambang terbentang dengan sangat indah dimana terdapat karang laut sepanjang 2 km dan memiliki lebar 200 meter ke arah laut.

Terdapat 3 pulau yang terdekat dengan dengan pantai ini, yaitu Pulau Ismoyo, Pulau Anoman dan Pulau Wisanggeni. Tepat di atas pulau Ismoyo, terdapat sebuah Pura megah yang bernama Pura Luhur Amertha Jati, dan sebuah jembatan yang menghubungkannya melalui pantai utama Balekambang.

Pada bulan Suro, pantai Balekambang akan lebih ramai dari biasanya karena akan digelar upacara Surohan dan upacara Jalanidha Puja.


Untuk mencapai pantai Balekambang, bisa melalui kecamatan Gondanglegi dan kecamatan Bantur, dilanjutkan ke desa Srigono atau melalui kecamatan Kepanjen, yang semua bisa diakses menggunakan kendaraan pribadi, baik motor ataupun mobil

Museum Kesehatan Jiwa Lawang

Museum Kesehatan Jiwa Lawang

 
Museum RSJ Lawang Dr Radjiman Wediodiningrat Kecamatan Lawang. Bisa jadi ini adalah lokasi wisata sejarah di Malang yang belum pernah Ngalamers datangi, atau mungkin belum dengar sebelumnya.
 
Berada satu area dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJ Lawang), berdiri Museum Kesehatan Jiwa pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Diresmikan pad 23 Juni 2009, oleh Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Dr. Farid Husein, MPH. Museum Kesehatan Jiwa ini merupakan wahana pembelajaran dan perkembangan sejarah teknologi kedokteran khususnya di bidang kesehatan jiwa. Tanggal tersebut bertepatan dengan HUT RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang ke-107.
 
 
Tersimpan sekitar 700 koleksi yang terdiri dari benda-benda dan dokumen lawas yang berkaitan dengan riwayat masa lampau berdirinya RSJ ini. Termasuk tempat menyimpan alat-alat kesehatan jiwa sejak jaman Belanda. Disertakan pula dokumentasi dan riwayat RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat dari masa ke masa.
 
 
RSJ yang akrab disebut RSJ Sumber Porong ini berada di Kecamatan Lawang. Dibangun sekitar tahun 1884 dan diresmikan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda pada 23 Juni 1902. Dibuka secara resmi dengan nama "KRANKZINIGEN GESTICHT te LAWANG" dengan kapasitas percobaan 500 TT dan merupakan RSJ kedua di Indonesia setelah RSJ Bogor.
Ngalamers, Malang patut berbangga karena memiliki aset berharga tentang sejarah dunia medis khususnya di bidang psikiatri.


Kebun Teh Wonosari

Kebun Teh - Wonosari - Lawang


Agrowisata kebun teh Wonosari terletak di lereng gunung Arjuna, Kecamatan Lawang, 1 jam perjalanan dari kota Malang.


Perkebunan ini berdiri di atas ketinggian 950 - 1250 M dari atas permukaan laut dan tentu saja menawarkan sebuah hamparan hijau kebun teh dengan suasana sejuk dan damai. Selain panorama hamparan kebun teh yang luas, kebun ini juga menyuguhkan tempat rekreasi, tempat menginap, serta fasilitas olahraga. Untuk mengelilingi kebun teh yang super luas ini, tersedia sebuah kereta mini. Selain itu, kebun ini juga memiliki sebuah kolam renang air hangat. Jadi, Ngalamers dapat menghangatkan tubuh di tengah udara dingin perkebunan. Bagi yang suka petualangan, tersedia juga sarana outbond dan APV.



Pemandangan menarik lainnya adalah Ngalamers akan melihat sebuah pabrik pengolahan daun teh yang hasilnya lebih banyak di ekspor. Pengolahan teh-nya sendiri melalui beberapa proses antara lain penerimaan pucuk teh, proses pelayuan, proses penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi, pengepakan, dan pengiriman.

Untuk oleh-oleh sanak saudara di rumah, Kebun Teh Wonosari juga memiliki sebuah pusat oleh-oleh yang tidak hanya menjual teh tetapi juga berbagai macam makanan dan kerajinan warga sekitar. Tempat ini merupakan kawasan yang tepat jika Ngalamers ingin mencari udara segar yang bebas polusi. Rasanya menyenangkan menghirup udara pegunungan yang segar dengan melihat hamparan tanaman hijau yang menyejukkan mata.

Wisata Gunung Kawi

Gunung Kawi


Gunung Kawi, adalah salah satu gunung berapi yang masih aktif di jawa Timur dan terletak di ketinggian 500 sampai dengan 3000 meter di atas permukaan laut. Gunung Kawi berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang dan banyak dikunjungi bagi mereka yang memiliki kepercayaan bahwa Gunung Kawi adalah gunung yang bisa memberikan banyak berkah bagi banyak usaha.

Saat berkunjung ke Gunung Kawi, suasana magis akan terasa sangat kental. Terdapat beberap tempat atau petilasan untuk beberapa orang yang รข€ล“berdoaรข€ dan memohon berkat untuk kesuksesan usaha, jodoh atau banyak hal lainnya. Di lokasi ini juga terdapat beberapa tempat pemujaan yang banyak di kunjungi, seperti pohon beringin tua berakar lima, Makam Eyang Jayadi dan Raden Ayu Tunggul Wati, yaitu keturunan Raja Kediri bertarikh 1221 masehi.


Gunung Kawi dikenal juga sebagai Kota Di Pegunungan, di sepanjang jalan menuju gunung Kawi, pengunjunga akan di suguhi dengan pemandangan berupa arsitektur khas Tiongkok. Terdapat pula Kuil atau Kelenteng tempat para pengikut Kong Hu Cu menjalankan ibadah. Jangan khawatir dengan hospitaliti, karena akan banyak dijumpai losmen atau motel sebagai sarana menginap para peziarah atau pengunjung Gunung Kawi.

Coban Pelangi

Coban Pelangi


Jika teman teman sedang dalam perjalanan menuju Gunung Bromo, cobalah mampir ke Air Terjun Coban Pelangi. Air terjun ini dapat dicapai sekitar 2 jam perjalanan dari Tumpang.

Coban Pelangi atau air terjun Pelangi, adalah salah satu wilayah konservasi alam di bawah perlindungan perum perhutani berjarak 10 Km dari kecamatan Tumpang dan 32 Km dari kota Malang. Air terjun ini berada d kawasan pegunungan yang terjal dan berliku, dengan kemiringan di atas 45 derajat berada pada 8,0109° LS; 112,8607° BT; 1.299,5 m dpl.


Untuk menuju air terjun, pengunjung akan melewati medan berbukit dengan kemiringan mencapai sekitar 45°. Setelah melewati bukit kurang lebih 15 menit, selebihnya adalah menyusur jalur di atas anak sungai.

Membutuhkan keadaan fisik yang sehat dan kuat untuk mencapai air terjun ini, dimana turis akan menemukan keadaan alam yang masih alami dan hijau serta pengalaman yang luar biasa mengagumkan. Hutan yang hijau, pegunungan yang sejuk, kicau burung dan sungai yang jernih adalah hal-hal yang bisa di temukan saat akan menuju Coban Pelangi.


Air terjun di Coban Pelangi mengalir dari sebuah tebing dengan ketinggian 30 M. Terdapat sebuah pondok yang di siapkan sebagai fasilitas untuk menikmati keindahan air terjun di Coban Pelangi ini. Bila beruntung, para pengunjung juga bisa menyaksikan pelangi yang terbias dari pucuk-pucuk tebing, dimana menjadi asal mula penamaan coban ini.

Candi Sumberawan

Candi Sumberawan


Candi Sumberawan terletak di Desa Toyomarto, kecamatan Singosari. Candi ini mungkin tidak berbentuk selayaknya candi pada umumnya, candi Sumberawan hanya berbentuk seperti stupa dan merupakan candi Budha dan peninggalan dari kerajaan Singhasari.



Candi Sumberawan merupakan peninggalan sejarah yang berasal dari sekitar abad 14 atau awal abad 15. Dalam prasasti Negarakertagama disebutkan bahwa, Candi Sumberawan diidentifikasikan sebagai Kasurangganan atau Taman Surga Nimfa dan telah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk dari Majapahit di 1359. Candi Sumberawan pertama kali ditemukan pada tahun 1904 dan pada 1937 diadakan pemugaran oleh pemerintahan Hindia Belanda pada bagian kaki candi. Candi sumberawan merupakan satu-satunya candi yang berbentuk stupa di Jawa Timur.


Candi Sumberawan tidak memiliki tangga naik ruangan di dalamnya yang biasanya digunakan untuk menyimpan benda suci. Jadi, hanya bentuk luarnya saja yang berupa stupa, tetapi fungsinya tidak seperti lazimnya stupa yang sesungguhnya. Diperkirakan candi ini dahulu memang didirikannya untuk pemujaan. Suasana yang teduh dan tenang di sekitar candi menjadikan tempat ini cocok untuk melakukan meditasi.

Candi Singasari

Candi Singasari


Candi Singhasari atau Singosari adalah salah satu candi yang berada di kabupaten Malang. Candi Singhasari adalah candi bersejarah peninggalan kerajaan Singhasari dan merupakan candi Hindu รข€“ Budha. Candi ini terletak di Desa Candirenggo, kecamatan Singosari, dan ditemukan pada awal abad 18, yaitu sekitar tahun 1800-1850.


Pada awal penemuan, pihak Belanda memberi nama candi ini sebagai candi Menara karena bentuknya yang menyerupai menara.Seorang ahli purbakala dari Eropa menyebutnya Candi Cella, karena candi ini memiliki 4 celah pada dindingnya. Masyarakat sekitar sempat menyebut candi ini dengan Candi Cungkup. Tapi pada akhirnya candi ini terkenal dengan nama Candi Singosari sampai sekarang.

Keunikan Candi Singosari ini terletak dalam cara pembuatannya yaitu dengan menumpuk batu andesit hingga ketinggian tertentu, selanjutnya diteruskan dengan mengukir batuan ini dari atas ke bawah. Candi yang mempunyai bentuk bujur sangkar ini merupakan warisan sejarah yang bersifat campuran Siwa-Budha. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa arca dewa/dewi di halaman candi yang kebanyakan sudah tidak utuh lagi. Di dalam bangunan candi sendiri terdapat lingga dan yoni. Candi Singosari mempunyai banyak ukiran, arca, serta relief. Di sebelah barat candi terdapat 2 arca Dwarapala yang menjaga komplek kerajaan. Namun sayangnya sebagian besar arca yang ditemukan di Candi Singosari ini berada di Institut Tropika Kerajaan, Leiden, Belanda.

Candi Kidal

Candi Kidal


Candi Kidal, adalah candi peninggalan yang lain dari dinasti Singhasari dan merupakan candi Hindu yang berada di Kabupaten Malang. Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, 20 Km sebelah timur kota Malang.


Layaknya candi-candi di Jawa Timur, Candi Kidal di bangun sebagai tempat persemayaman Raja Anusapati, yaitu raja kedua dari kerajaan Singhasari, yang wafat pada tahun 1248 M, dan diperkirakan candi di bangun pada tahun 1260 M.

Pada awal penemuannya, candi Kidal ditemukan oleh pihak Belanda pada tahun 1925. Hal ini terbukti dengan tersimpannya arca Siwa, yang seharusnya berada di candi Kidal, telah tersimpan di Royal Tripical Institute Amsterdam.

Candi yang memiliki relief dengan cerita Garudeya yang yang berisi pesan moral pembebasan dari perbudakan. Candi ini memiliki 3 relief Garuda; Garuda yang menggendong 3 ular besar, Garuda dengan kendi di atas kepalanya, dan Garuda yang menyangga seorang wanita diatasnya. Tepat di atas pintu masuk candi serta bilik-biliknya terdapat kepala kala yang merupakan salah satu aspek Dewa Siwa yang dikenal sebagai penjaga bangunan suci. Menurut para ahli sejarah, Candi Kidal merupakan candi tertua pada periode peninggalan Jawa Timur.. Material utama candi Kidal ini adalah batu andesit dengan dimensi geometris vertikal.

Candi Jago

Candi Jago


Situs candi Jago adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Singhasari yang terletak di desa Jago, kecamatan Tumpang, sekitar 22 Km dari arah kota Malang.

Pada awal mulanya, candi ini bernama Jayaghu dan merupakan salah satu candi pendarmaan atau makam bagi Maharaja Wisnuwardhana. Namun, jika dilihat dari bentuk arsitekturnya, candi ini memiliki unsur arsitektur dan pengaruh dari Majapahit. Hal ini bisa di telisik dari bukti sejarah bahwa pada tahun 1272 Saka atau 1350 Masehi, candi ini pernah diperbaiki oleh Adityawarman dan mengalami beberapa pemugaran pada kurun waktu akhir Majapahit di pertengahan abad ke 15.
Candi ini memiliki panjang 23,71 m dengan lebar 14 m dan tinggi 9.97 m. Di luar kaki candi terdapat relief-relief cerita Kresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma, dan cerita fabel. Untuk dapat mengerti alur cerita dari relief-relief tersebut, Ngalamers harus berjalan searah jarum jam mengitari candi. Sedangkan pada badan candi hanya terdapat relief cerita peperangan antara Kalayawana dan Kresna.


Dilihat dari bentuk arsitekturnya, Candi Jago memiliki persamaan bentuk dengan punden berundak yang merupakan ciri bangunan religi dari zaman megalithikum yang mengalami kebangkitan kembali pada massa akhir majapahit. Pada keseluruhan bangunan memiliki panjang sekitar 23,71 M, lebar 14 M dan tinggi 9, 97 M. Karena pengaruh waktu, candi Jago telah mengalami banyak perubahan dan tidak utuh lagi. Meskipun demikian, pesona dan kewibaan era masa lampau masih bisa terlihat dengan jelas saat mengunjungi candi ini.

Candi Badut

Candi Badut

Satu lagi wisata sejarah yang berada di kota Malang, yaitu Candi Badut. Tapi tunggu, candi ini tidak berbentuk badut seperti namanya. Nama Badut sendiri berasal dari bahasa Sansekerta "Bha-Dyut" yang berarti sorot Bintang Canopus atau sorot Agastya.  

Candi Badut berlokasi sekitar 10 km dari pusat kota Malang, tepatnya di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Meskipun cukup terkenal, tapi candi ini jarang sekali dikunjungi oleh para wisatawan. Mungkin karena lokasinya yang agak terpencil yang mengharuskan Ngalamers melewati pemukiman penduduk untuk sampai ke lokasi.


Candi yang berusia sekitar 1400 tahun ini diyakini sebagai peninggalan prabu Gajayana yang merupakan penguasa Kanjuruhan pada waktu itu. Candi Badut pertama kali ditemukan oleh Maureen Brecher, seorang warga Belanda, pada tahun 1921. Saat pertama kali ditemukan, candi ini masih berupa gundukan bukit batu, reruntuhan, serta tanah. Setelah dilakukan pemugaran diketahui bahwa bangunan candi ini sebenarnya telah runtuh, dan yang tersisa hanyalah bagian kaki. Sama seperti bagian tubuh candi yang telah hancur, beberapa arca yang ditemukan juga banyak yang tidak utuh lagi; seperti arca Ganesha, arca Agastya, serta arca Mahakal dan Nadiswara. Hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa. Tapi semua itu tidak mengurangi keindahan dan nilai sejarah dari Candi Badut itu sendiri.

Bendungan Karangkates Malang

Bendungan Karangkates


Bendungan Karangkates terletak di kecamatan Sumber Pucung, 40 Km arah selatan Kota Malang. Di bendungan ini, para pengunjung bisa menikmati keindahan danau buatan sembari berperahu ataupun memancing.



Bendungan Karangkates atau biasa disebut Bendungan Sutami terletak di desa karangkates, kecamatan Sumberpucung. Air dari bendungan ini berasal dari sungai Brantas dan telah dibangun sejak tahun 1975-1977 dan digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air.

Selain digunakan sebagai PLTA, bendungan ini telah menjadi salah satu obyek pariwisata di Malang dan telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti wahana olah raga, tempat pemancingan ikan, lapangan tenis hingga lapangan golf.



Wisata Karangkates mempunyai dua lokasi taman wisata, yaitu taman wisata Karangkates yang terletak di sebelah utara bendungan Sutami dan taman wisata Bendungan Lahor yang terletak di sebelah selatan Bendungan Lahor.

Senin, 03 November 2014

Museum Zoology Frater Vianney

Museum Zoologi Frater Vianney


Banyak Museum di Malang, tapi pasti jarang yang pernah mendengar Museum Zoologi Frater Vianney. Museum ini terletak di Desa Karangwidoro, Malang, Jawa Timur. Museum ini berada dalam satu kompleks dengan Provinsialat Frater BHK, Novisiat Frater BHK, Kantor Pusat Yayasan Pendidikan Mardi Wiyata, dan makam Frater BHK.

Museum zoologi ini memiliki ratusan koleksi spesimen konkologi, ilmu hewan kerang-kerangan darat dan laut, serta herpetologi (ilmu tentang biologi ular). Ratusan koleksi itu sudah terklasifikasi secara lengkap.
”Ratusan koleksi ini adalah gabungan dari koleksi Almarhum Frater Vianney,” ungkap Direktur Museum Zoologi, Frater Maria Clemens BHK. Frater Vianney adalah biarawan kelahiran Belanda yang berkarya di Indonesia sejak tahun 1960-an. Ia mengoleksi sekitar 80 famili hewan mollusca yang ada di Indonesia.

Ratusan spesimen konkologi yang sudah teridentifikasi dengan baik itu disumbangkan ke sebuah Perguruan Tinggi. Dan, sejak tahun 1998, koleksi yang terpisah di Malang dan Flores itu berhasil dikumpulkan kembali dan disimpan dalam museum ini. Puluhan ular, baik dalam bentuk awetan maupun yang masih hidup, juga dimiliki museum ini, Ngalamers.



Museum Vianney saat ini telah bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur dan menerima titipan hewan untuk dirawat. Untuk pengelolaan Museum Vianney, Clemens dibantu empat orang karyawan, dengan biaya perawatan dari yayasan dan pengunjung. Pihak pengelola membedakan tarif berdasarkan jenjang sekolah. Untuk pengunjung keluarga yang datang ke sini, pengelola membebaskan berapapun yang ingin disumbangkan, karena memang tujuan didirikan museum ini untuk belajar. Setiap tahun Museum Zoologi Frater Vianney ini dikunjungi ribuan pelajar dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Frater Clemens pun biasanya memandu sendiri para pengunjung tersebut, Ngalamers. Bahkan, Frater Clemens mengajak anak-anak itu bermain-main dengan ular, tentunya ular yang tidak berbisa. Biasanya November pengunjung museum mulai ramai. Hanya saja, masih terbilang sedikit karena belum banyak yang mengenal keberadaan museum ini.

Alamat Museum Zoologi Frater Vianney, BHK:
Jl. Raya Karangwidoro 7 Karangbesuki, Dau, Kabupaten Malang
Telp. 0341-567465, 0341-558965

Jam Kunjungan:
Hari: Senin–Sabtu
Pukul : 08-12.00 & 16.00-18.00 WIB

Harga Tiket Masuk:
SD Rp 10.000,00
SMP Rp 12.500,00
SMA Rp 15.000,00

PT Rp 20.000,00

Museum Brawijaya Malang

Museum Brawijaya


Museum Brawijaya yang terletak di Jalan Ijen Kota Malang ini merupakan salah satu tempat yang akan memberikan gambaran tentang beratnya masa-masa perjuangan warga Malang melawan penjajah.


Di museum ini terdapat banyak barang peninggalan sejarah yang masih terawat dengan baik. Seperti tank yang terdapat tepat di depan museum yang merupakan tank yang dipergunakan pada saat pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Ada juga sebuah senjata yang dirampas dari tentara Jepang pada September 1945, meriam canon sebesar 3.5 inch dengan nama 'Si Buang', serta sebuah sebuah tank AMP-Track yang digunakan para pejuang TRIP.




Yang menjadi koleksi unggulan Museum Brawijaya adalah Gerbong Maut. Mendengar namanya yang horror saja sudah seram. Dan memang gerbong ini menyimpan cerita kelam dari masa penjajahan Belanda dulu. Gerbong ini dahulu digunakan mengangkut 100 tawanan pejuang Indonesia dari penjara Bondowoso menuju Surabaya pada tanggal 23 November 1947. Keadaan gerbong yang tertutup rapat mengakibatkan 46 orang meninggal, 11 sakit parah, 31 sakit, dan hanya 12 yang masih sehat. Gerbong Maut tersebutkini bisa dilihat di halaman belakang Museum Brawijaya ini.




Museum Brawijaya juga menyimpan beberapa foto pemberontakan, kota Malang tempo doeloe, barang-barang peninggalan Panglima Besar Sudirman, dan komputer jadul yang ukurannya cukup besar. Dengan mengusung semboyan "Citra Uthapana Cakra" yang berarti "Sinar Yang Membangkitkan Kekuatan", Museum Brawijaya berharap dapat menjadi tempat yang bisa membangkitkan semangat siapa saja yang datang.

Gereja Katedral Ijen

Gereja Katedral Ijen


Gereja Ijen atau Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, atau akrab dengan sebutan Katedral Malang adalah tempat ibadah yang sangat terkenal di Kota Malang.

Pertama, karena letaknya berada di kawasan paling prestisius Kota Malang (Ijen Boulevard). Kedua, karena arsitekturnya yang khas Neo – Gothic Eropa dan berukuran cukup besar. Tidak heran jika gereja Katolik yang mempunyai nama asli Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel ini menjadi favorit para fotografer serta pengamat arsitektur.



Lokasi Gereja Ijen secara geografis sebenarnya tidak berada di jalan Ijen. Alamat resminya adalah di Jalan Guntur, 02. Namun Gereja Katolik ini memang lebih terlihat seperti bagian dari jalanan penuh nostalgia Ijen dibandingkan Jalan Guntur.

Gereja megah yang dibangun pada tahun 1934 ini memang merupakan salah satu peninggalan kolonial Belanda bersama dengan bangunan-bangunan lain yang terletak di kawasan Ijen. Hanya dibutuhkan waktu kurang lebih delapan bulan (11 Februari 1934 - 28 Oktober 1934) hingga gereja ini berdiri. L. Estourgie, arsitek Belanda yang merancang Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, awalnya menamai gereja ini dengan Gereja Santa Theresia. Baru pada tahun 1961, gereja ini beralih nama seperti yang kita kenal sekarang.

Di wilayah Paroki Katredal St. Theresia kemudian didirikan sekolah dasar berbahasa Belanda (HIS) di jalan Semeru, Sekolah Dasar 'Ongko Loro' (Indandsche School ze Klasse) di Betek pada tahun 1930, Taman Kanak-kanak (Frobeschool) dan SD St. Ursula di jalan Panderman dan tahun 1936 didirikan SMU (AMS, Algemene Middleboar School) St. Albertus (Dempo) di Jalan Talang.



Penyebutan kathedral sendiri berasal dari letaknya yang berada di tengah – tengah kota dan menjadi Area Keuskupan Utama. Sehingga selain dikenal dengan nama Gereja Ijen dan Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, gereja ini juga kerap disebut dengan Gereja Kathedral Malang. Bangunan ini termasuk salah satu Katedral terindah di Indonesia, Ngalamers.

Dua menara tinggi mengapit pintu masuk utama yang berhiaskan salib besar. Di menara sisi kanan, terdapat jam kuno berwarna coklat muda. Untuk masuk gereja ini, Ngalamers bisa melalui pintu depan atau pun pintu belakang melalui jalan di sebelah kiri gereja. Jika Anda ingin mendengarkan kisah – kisah menarik mengenai gereja ini, ada baiknya Anda mengambil jalan belakang. Minta pada Pak Satpam untuk mengantar pada petugas yang berwenang di kantor gereja.

Fokus pertama ketika memasuki bangunan ini adalah lukisan – lukisan cantik yang berjajar di dinding gereja. Lukisan – lukisan ini mengisahkan mengenai perjalanan Yesus Kristus serta Bunda Maria, disertai dengan keterangan berdasarkan kitab suci. Berdasarkan ejaan yang terdapat di keterangan lukisan, sepertinya lukisan tersebut berusia cukup tua. Karena masih menggunakan ejaan yang belum disempurnakan.


Beberapa patung juga berdiri di beberapa titik gereja. Patung – patung ini seakan memberikan suntikan atmosfir kekhusyukan saat melaksanakan ibadah dalam gereja. Jika Ngalamers memiliki waktu lebih, jangan lupa untuk melangkahkan kaki ke arah belakang gereja. Di sana berdiri pula patung Bunda Maria sedang menggendong Yesus Kristus yang masih berusia balita. Patung ini sungguh menawan karena dikelilingi tanaman – tanaman hias dan berbentuk seperti altar.

Selain arsitekturnya yang memukau, gereja ini juga memiliki nilai historis yang cukup penting. Bangunan megah berlapis warna krem ini menjadi saksi perlawanan arek – arek Malang saat memperjuangkan kedaulatan Indonesia. Tepatnya pada tahun 1947, Tentara Republik Indonesia Pelajar yang berisi pelajar dari SMU St. Albertus kala itu bergabung dan dengan gagah berani menghalau tentara Belanda yang mencoba untuk mengrongrong kemerdekaan Indonesia. Kisah heroik para pelajar ini kemudian diabadikan melalui dua patung yang terdapat di seberang Gereja Ijen. Nama jalan dimana patung itu berdiri pun menjadi Jalan Pahlawan TRIP untuk mengenang kegigihan mereka.



Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel pernah mengalami renovasi pada pertengahan 2012. Pengurus gereja mengaku renovasi yang dilakukan tidak akan merubah bentuk asli gereja. Pengelola hanya akan memperbaiki beberapa bagian gereja yang mulai rapuh karena usia.


Ngalamers yang tertarik berkunjung, jika start dari terminal Arjosari maupun Landungsari, bisa menggunakan angkot dengan kode ADL atau AL. Ongkos angkutan umum di Kota Malang adalah Rp. 3000,- jarak jauh maupun dekat.

 
Design by fthemes
Bloggerized by Seo Lanka and Blogger Template