Gereja Katedral Ijen
Gereja Ijen atau Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung
Karmel, atau akrab dengan sebutan Katedral Malang adalah tempat ibadah yang
sangat terkenal di Kota Malang.
Pertama, karena letaknya berada di kawasan paling prestisius
Kota Malang (Ijen Boulevard). Kedua, karena arsitekturnya yang khas Neo –
Gothic Eropa dan berukuran cukup besar. Tidak heran jika gereja Katolik yang
mempunyai nama asli Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel ini menjadi
favorit para fotografer serta pengamat arsitektur.
Lokasi Gereja Ijen secara geografis sebenarnya tidak berada
di jalan Ijen. Alamat resminya adalah di Jalan Guntur, 02. Namun
Gereja Katolik ini memang lebih terlihat seperti bagian dari jalanan penuh
nostalgia Ijen dibandingkan Jalan Guntur.
Gereja megah yang dibangun pada tahun 1934 ini memang
merupakan salah satu peninggalan kolonial Belanda bersama dengan
bangunan-bangunan lain yang terletak di kawasan Ijen. Hanya dibutuhkan waktu kurang
lebih delapan bulan (11 Februari 1934 - 28 Oktober 1934) hingga gereja ini
berdiri. L. Estourgie, arsitek Belanda yang merancang Gereja Santa Perawan
Maria dari Gunung Karmel, awalnya menamai gereja ini dengan Gereja Santa
Theresia. Baru pada tahun 1961, gereja ini beralih nama seperti yang kita kenal
sekarang.
Di wilayah Paroki Katredal St. Theresia kemudian didirikan
sekolah dasar berbahasa Belanda (HIS) di jalan Semeru, Sekolah Dasar 'Ongko
Loro' (Indandsche School ze Klasse) di Betek pada tahun 1930, Taman Kanak-kanak
(Frobeschool) dan SD St. Ursula di jalan Panderman dan tahun 1936 didirikan SMU
(AMS, Algemene Middleboar School) St. Albertus (Dempo) di Jalan Talang.
Penyebutan kathedral sendiri berasal dari letaknya yang
berada di tengah – tengah kota dan menjadi Area Keuskupan Utama. Sehingga
selain dikenal dengan nama Gereja Ijen dan Gereja Santa Perawan Maria dari
Gunung Karmel, gereja ini juga kerap disebut dengan Gereja Kathedral Malang.
Bangunan ini termasuk salah satu Katedral terindah di Indonesia, Ngalamers.
Dua menara tinggi mengapit pintu masuk utama yang berhiaskan
salib besar. Di menara sisi kanan, terdapat jam kuno berwarna coklat muda.
Untuk masuk gereja ini, Ngalamers bisa melalui pintu depan atau pun pintu
belakang melalui jalan di sebelah kiri gereja. Jika Anda ingin mendengarkan
kisah – kisah menarik mengenai gereja ini, ada baiknya Anda mengambil jalan
belakang. Minta pada Pak Satpam untuk mengantar pada petugas yang berwenang di
kantor gereja.
Fokus pertama ketika memasuki bangunan ini adalah lukisan –
lukisan cantik yang berjajar di dinding gereja. Lukisan – lukisan ini
mengisahkan mengenai perjalanan Yesus Kristus serta Bunda Maria, disertai
dengan keterangan berdasarkan kitab suci. Berdasarkan ejaan yang terdapat di
keterangan lukisan, sepertinya lukisan tersebut berusia cukup tua. Karena masih
menggunakan ejaan yang belum disempurnakan.
Beberapa patung juga berdiri di beberapa titik gereja.
Patung – patung ini seakan memberikan suntikan atmosfir kekhusyukan saat
melaksanakan ibadah dalam gereja. Jika Ngalamers memiliki waktu lebih, jangan
lupa untuk melangkahkan kaki ke arah belakang gereja. Di sana berdiri pula
patung Bunda Maria sedang menggendong Yesus Kristus yang masih berusia balita.
Patung ini sungguh menawan karena dikelilingi tanaman – tanaman hias dan
berbentuk seperti altar.
Selain arsitekturnya yang memukau, gereja ini juga memiliki
nilai historis yang cukup penting. Bangunan megah berlapis warna krem ini
menjadi saksi perlawanan arek – arek Malang saat memperjuangkan kedaulatan
Indonesia. Tepatnya pada tahun 1947, Tentara Republik Indonesia Pelajar yang
berisi pelajar dari SMU St. Albertus kala itu bergabung dan dengan gagah berani
menghalau tentara Belanda yang mencoba untuk mengrongrong kemerdekaan Indonesia.
Kisah heroik para pelajar ini kemudian diabadikan melalui dua patung yang
terdapat di seberang Gereja Ijen. Nama jalan dimana patung itu berdiri pun
menjadi Jalan Pahlawan TRIP untuk mengenang kegigihan mereka.
Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel pernah
mengalami renovasi pada pertengahan 2012. Pengurus gereja mengaku renovasi yang
dilakukan tidak akan merubah bentuk asli gereja. Pengelola hanya akan
memperbaiki beberapa bagian gereja yang mulai rapuh karena usia.
Ngalamers yang tertarik berkunjung, jika start dari terminal
Arjosari maupun Landungsari, bisa menggunakan angkot dengan kode ADL atau AL.
Ongkos angkutan umum di Kota Malang adalah Rp. 3000,- jarak jauh maupun dekat.
0 komentar:
Posting Komentar